Rabu, 15 Februari 2012

MEMBINA KADER BANGSA
Ahmad Rifa'i, S.HI

Bermula dari krisi ekonomi tahun 1997,kemudian menyebar kepada dengan musibah yang tak kunjung berhenti seperti mengarah kepada kehancuran sebuah negeri,itulah kondisi yang sedang kita hadapi.
Banyak sisi yang harus dibenahi karena itu berbagai profesi harus bersinergi membangun saling pengertian menuju solusi bukan anarki saling mencaci maki karena ingin kebagaian kursi.Berbagai upaya untuk membendung agar bangsa ini tidak terjerumus dalam kehancuran sudah dilakukan dengan serius tapi belum berhasil seperti apa yang diinginkan.
Lembaga dakwah sebagai bagian dari bangsa ini tidak boleh berpangku tangan menonton keadaan karena jika negeri ini hancur kitapun akan ikut hancur.Lembaga dakwah mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk ikut ambil bagian dalam upaya perbaikan bangsa ini.Karena itu kita harus melangkah .

DARIMANAKAH KITA HARUS MULAI ?!
Ketika kita melihat Al-Quran sebagai kebenaran mutlaj, didalamnya kita akan menemukan adanya isyarat “perusak suatu bangsa” dan “unsur pembawa kepada  dan ketengan suatu bangsa.”Unsur perusak berkaitan dengan kehidupan suatu bangsa adalah:
A. Kedzohliman yang dilakukan oleh penguasa.
Allah Swt berfirman”Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menukar nikmat Allah dengan kekufuran mereka telah menjerumuskan bangsanya ke jurang kehancuran dan lembah kebinasaan.’ (QS.Ibrahim {14}:28.
B. Kekufurdan kebinasaan yang dilakukan oleh Bangsa.
Allah berfirman “Dan Allah telah membuat perumpamaan sebuah negeri yang dulunya aman dan tenteram Rizkinya datang melimpah ruah dan segenap tempat,tetapi penduduknya kufur terhadap nikmat-nikmat Alah, nkarena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian  ketakuta dan kelaparan diseabakan apa yang mereka lakukan” QS.{16}:112
 Sementara Allah juga menyebutkan beberapa unsur pembawa kepada keadilan dan ketenangan suatu bangsa adalah:
1. Keimanan dan Ketaqwaan
Allah berfirman :”Jika sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka barokah dari langit dan bumi...”(QS.Al-A’raf {7}:96.
Bila iman sudah tertanam secara benar di dalam hati setiap manusia, maka pasti Allah akan memberikan :
A. Kehidupan yang baik.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman. Maka sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.(QS.An-Nahl [16]: 97)
Imam Ibnu Katsir Rohimahullah ketika menafsirkan ayat ini berkata : “Ini adalah janji Allah kepada siapa saja yang beramal soleh baik dari laki-laki atau perempuan dari keturunan Adam AS. Sedangkan hatinya dalam keadaan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Amalan sholih itu adalah amalan yang sesuai dengan kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Diperintahkan, dan diisyariatkan oleh Allah Swt. Orang  yang memenuhi ini maka Allah akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik di dunia dan Allah akan  membalasnya dengan balasan yang lebih baik di hari akhirat.
B. Penjagaan.
Allah berfirman :”Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat”. (QS. Al-Hajj [22]:38)
C. Pertolongan
Allah berfirman :”Dan sesungguhnya Kami telah mengutus sebelum kamu beberapa orang Rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa, dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman”. (QS. Ar-Rumm [30]:47).
D. Kekuasaan.
Allah berfirman :”Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhhoi Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa..” (QS. An-Nur [24]:55).
E. Kekuatan.
“....Maka Allah akan memberi keputusan diantara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman”.  (QS. An_Nisaa [4]:138)
Bila Taqwa sudah tertanam secara benar di dalam hati setiap manusia, maka pasti Allah akan memberikan :
a. Jalan keluar dari setiap persoalan yang dihadapi.
“..Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. (QS. At-Thalaq [65]:2)
b. Akan memberi Rizki dari arah yang tidak diduga.
“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan Barangsiapa yang bertawaqal kepada Allah,  niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS. At-Thalaq [65]:3).
Berangkat dari kajian ayat di atas, darimana kita harus mulai dan apa langkah-langkahnya.
Dalam Surat Ar-Ra’du ayat 11, Allah menjelaskan tentang perubahan suatu bangsa. Firman Allah Swt. :”Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri, dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain dia”. (QS. AR-Ra’dd [34]:11)
Ayat tadi mengantarkan kita kepada sebuah kesimpulan bahwa perubahan suatu negeri, diawali dengan perubahan diri manusia itu. Persoalan yang paling penting dari diri manusia adalah mental. Dan mental itu baru akan baik jika di isi dengan iman dan taqwa kepada Allah Swt. Tidak boleh di isi yang lain.
Karena itu kita memerlukan orang-orang yang bisa menanamkan iman dan taqwa secara benar kedalam hati setiap manusia, agar Allah Swt memberikan keamanan, ketenangan dan kesejahteraan dalam hidup dan kehidupan kita. Langkah menuju keamanan, ketenangan dan kesejahteraan, kita harus membangun dua modal kader. Mubaaligh sebagai ujung tombak.
Untuk lahirnya dua kader itu pasti memerlukan usaha yang optimal dan dana yang cukup. Karena itu gerakan melahirkan dua kader, harus diikuti dengan gerakan yang lain, yaitu : Gerakan membangun pendukung da’wah lewat infaq.  Wallaahu’alam bish-shawab.▪▪▪

MEMBUAT KAPAL
QS. Al-Mu’minuun: 23-30

Setelah menerima perintah dari Allah untuk membuat kapal yang besar. Nabi Nuh segera mengumpulkan para pengikutnya. Beliau memimpin mereka agar mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat apal tadi. Untuk membuatnya Nabi Nuh mencari lokasi di luar kota. Beliau tidak ingin pekerjaannya terganggu, sehingga dicarilah tempat yang jauh dari keramaian. Setelah mendapatkan tempat yang cocok, mulailah mereka membuat kapal yang kokoh.Nabi Nuh dan para pengikutnya bekerja dengan keras, siang dan malam mereka bahu membahu. Teriknya sinar matahari yang membakar kulit tidak mereka perdulikan. Dinginnya angin malam padang pasir tidak membuat mereka gebtar. Semangat yang kuat terpancar dari diri Nabi Nuh dan para pengikutnya.
Walaupun Nabi Nuh dan para pengikutnya bekerja di tempat terpencil, namun tetap saja kaumnya yang keras kepala itu mengetahui kegiatan nabi Nuh. Mereka datang untuk mengolok-olok Nabi Nuh dan kawan-kawannya.“Kalau memang agama yang kamu bawa itu benar, kami pasti akan mengikutimu. Kami lebih pandai dibandingkan denganmu. Aku yakin engkau seorang pendusta,” Ucap seorang pembesar yang lain.  Nabi Nuh pun menjawab, “Apakah kalian mengira aku dapat memaksa kalian mengikuti ajaranku ? Aku hanya manusia biasa yang diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan petunjuk-Nya. Jika kalian tidak mau beriman kepada Allah, Allah yang akan memberi peringatan kepada kalian,”. 
“Wahai Nuh, jika kamu ingin kami mengikutimu, usirlah para pengikutmu yang miskin dan hina, kami tidak mau disamakan dengan  mereka,” ucap salah satu pembesar. Nabi Nuh menolak permintaan itu, “Agama itu untuk semua orang. Yang akan mendapat ganjaran dari Allah adalah orang-orang yang beriman dengan hati ikhlas, wahai kaumku sesungguhnya aku pemberi peringatan dari Allah. Sembahlah Allah,  bertaqwalah dan taatlah kepada-Nya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan menangguhkanmu sampai waktu yang ditentukan.”
Nabi Nuh terus menerus berseru kepada kaumnya selama 950 tahun. Namun hanya sedikit orang yang mau mengikuti ajarannya.Walaupun begitu, Nabi Nuh tetap sabar. Ia yakin Allah akan selalu menolongnya. Ia tetap berharap suatu saat nanti kaumnya akan bertobat dan menyembah Allah. Namun harapannya itu kian tipis melihat kaumnya yang terus menerus menentang ajarannya.Nabi nuh memohon kepada Allah agar memberikan suatu keputusan antara dirinya dan kaumnya yang sesat, serta menyelamatkan pengikut-pengikutnya yang mukmin. “Ya Allah, janganlah Engkau biarkan seorangpun dari orang-orang kafir itu tinggal di muka bumi. Mereka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu yang beriman. Jika Engkau biarkan mereka tinggal, mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat seperti mereka.”. Allah mengabulkan doa nabi nuh. Allah berkehendak untuk menurunkan peringatan bagi kaum Nabi Nuh yang tetap membangkang. Di perintahkanlah Nabi Nuh untuk membuat kapal. Nabi nuh pun melaksanakan perintah Allah itu dengan penuh ketaatan.
SIAPAKAH FIGUR ANDA?!
Chairun Na'im, Lc

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullulah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”(QS.Al-Ahzab:21) 
Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk mengikuti dan mencontoh orang yang dikaguminya.Dan pada umumnya,kekaguman pada seseorang itu akan timbul karena sering melihat,membicarakan atau mendapatkan keistimewaan-keistimewaan pada orang tersebut.Kenyataan seperti ini,jika tidak dapat dikondisikan dengan baik akan membantu dalam pembentukan sifat,karakter dan kepribadian mulia seseorang.Sebaliknya jika tidak dapat dikondisikandengan baik akan sangat berpengaruh pada bobroknya moral dan prilaku,dalam hal ini faktor lingkungan adalah kunci utamanya seseorang yang hidup dalam lingkungan pesantren dimana setiap harinya ia dihadapkan dengan kitab-kitab islam klasik dan sejarah para ulama,maka akan memiliki kecenderungan untuk mencontoh dan meniru mereka,maka hampir dipastikan bahwa ia pun akan cenderung mengikuti dan mencontoh gaya hidup bebas dan kasar.
Inilah yang terjadi pada generasi islam saat ini.Dimana sosok yang sering mereka lihat,mereka bicarakan dan menjadi konsumsi tiapa hari,melalui berbagai media adalah sosok orang-orang yang kehidupannya gemerlap(bebas dan hura-hura)sehingga mereka meniru prilaku yang diidolakannya.Kondisi ini tentu bukanlah fenomena yang diharapkan,sejak awal masa kenabian Rasullualh SAW,telah mengingatkan kita selaku umatnya,agar tidak lupa mengajarkan kepada anak-anak kita untuk mencintai Allah SWT,nRasulNya dan Agamanya sebab dengan tiga cinta inilah seseorang akan menjadi hamba idaman.
Satu,diantara sekian banyak cara untuk menumbuhkan rasa cinta ini adalah dengan selalu mempelajari sejarah kehidupan  dan kepribadian Rasullulah para sahabat dan para ulam sebagai pewaris ilmunya baik melalui lembaga-lembaga pendidikan formal atau non formal.Penyelenggaraan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW,saat ini semarak dilakukan oleh mayoritas umat islam di seluruh dunia barang kali salah satu termasuk cara no formal.Akan tetapi memiliki dampak sangat besar dalam menumbuhkan rasa cinta terhadap Rasullulah SAW, dan agamanya dan rasa inilah yang kemudian akan menjadikan sebagai Fans berat Rasullah SAW, dalam berbagai sisi kehidupan.Hidup ala Nabi,mati ala Nabi,makan ala Nabi tidur ala Nabi dan seterusnya,ninilah yang dikhendaki oleh Allah SWT,sebagaimana dalam firmanNya.
“sesungguhnya pada mereka itu(Ibrahim dan Umatnya)ada teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan) hari kemudian.Dan barang siapa yang berpaling,maka sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji” 
MENGAPA HARUS RASULLAH?!
Karena Allah SWT pun memuji akhlaknya.
Ketika Allah SWT, memerintahkan kita untuk shalat,maka Allah tidak salat,saat Allah memerintahkan kita puasa,zakat,haji dan ibadah-ibadah lainnya maka Allah tidak melakukan ibadah tersebut.Akan tetapi ketika Allah memrintahkan kita untuk bersholawat kepada Rasullulah SAW,maka Allah SWT sendirilah yang telah memulainya terlebih dahulu bersama malaikat -Nya.
Bukaknkah didalam firman-Nya Allah telah mengingatkan,
“Sesungguhnya Allah SWT,dan para Malaikat-Nya telah bersholawat kepada Nabi (Rasulullah Muhammad SAW).Wahai orang-orang yang beriman bersholawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”(QS.Al-Azhab:56)
Ternyata Allah AWT,saja menghormati beliau lalu bagamanakah kita? bahkan para sahabat pun ditegur oleh Allah ketika mereka berlaku tidak sopan terhadap Rasullulah SAW.
Saat rombongan Bani Tamin menghadap Rasullulah untuk meminta beliau menunjuk pemimpin bagi mereka sebelum Rasullulah mengambil keputusan Abu bakar dan Umar sudah saling berdebat Abu Bakar bekata “Wahai Rasul angkatlah Al-Qa’qa bin Ma’bad sebagai pemimpin mereka” Umar menjawab “tidak ya Rasul ,angkatlah Al-Aqra bin Habis”lalu Abu Bakar pun  berkata pada Umar “kamu hanya ingin membantah aku saja” Umar menjawab,”aku tidak bermaksud membantahmu” keduanya bebantahan sehingga suara mereka terdengar makin keras.Ketika itu turunlah ayat :
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya.Takutlah kamu kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu menaikan suaramu diatas suara Nabi,janganlah kamu mengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia seperti mengeraskan suara kamu ketika bercakap sesama kamu.Nanti hapus amal-amal kamu dan kamu tidak menyadarinya”(QS.Al-Hujarat1-2) 
Setelah mendengar teguran itu Abu Bakar berkata,”Ya Rasullulah,demi Allah sejak sekarang aku tidak akan berbicara dengan mu kecuali seperti seorang saudara yang membisikan rahasia”Umar juga berbicara kepada Rasullulah dengan suara yang lembut.Bberapa waktu setelah wafatnya Rasullulah seorang Badui datang menemui Umar bin Khatabh ra,Arab Badui itu berkata”ceritakanlah kepada ku Akhlak Muhammad!” Umar menangis mendengar permintaan tersebut bahkan ia tidak sanggup berkata apa pun Umar menyuruh Badui Arab itu untuk menemui bilal dan menanyakan hal itu kepadaa.Setelah bertemu bilal dan menanyakan pertanyaan yang sama arab badui tadi mendaptkan jawaban yang serupa,tangisan.ya,tangisanlah jawaban bilal ketika ia diminta untuk menceritakan tentang akhlak Rasullulah,bilal menangis tersedu iapun tak sanggup menceritakan apa-apa seperti halnya Umar Bilal pun meminta laki-laki tersebut untuk menjumpai Ali bib Abi Thalib.
Laki-laki itu mulai heran dalam hatinya mulai bergumam ,”bukankah Umar merupakan Sahabat utam Nabi,begitu pula Bialal?tapi mengapa mereka tidak dapat menceritakannya?!Dengan penuh harap Badui itu pun pergi menemui Ali.Setelah bertemu Ali,Badui pun bertanya seperti apa yang di tanyakan kepada Umar dan Bilal,Ali pun menjawab “Dan sesungguhnya Engkau (Muhammad) benar-benar berada diatas akhlak -Akhlak yang agung”!(QS.Al-Qalam )[68]:4) 
Dalam banyak riwayat yang lain kita juga dapat melihat akan kerendahan hati Rasullulah SAW.terhadap para sahabat dan bagaimana beliau lebih senang memuji mereka darpada mencari kekurangan dan kejelekan mereka.Abu Bakar beliau sebutkan sebagai orang yang paling lembut peranginya dianatara umatnya,Umar dijuluki sebagai orang yang paling keras (tegas)dalam mendirikan syariat Allah,Utsman dipuji sebagai orang yang paling malu bahkan lebih pemalu dari seorang gadis sekalipun dan Ali beliau banggakan sebagai orang yang paling faqih dalam hal menentukan hukum Allah SWT. Dalam satu kesempatan menjelang akhir hayatnya Rasullulah berkata pada sahabatnya”sebentar lagi,barangkali Allah akan memanggil ku aku tidak ingin bila dipadang Mahsyar nanti ada yang ingin menuntut balas perbuatanku terhadap kalian diwaktu lalu ucapkanlah!”sahabat yang lain terdiam namun ada seorang sahabat yang tiba-tiba bangkit dan berkata “dulu ketika memeriksa barisan saat ingin pergi perang,engkau meluruskan posisiku dengan tongkat mu.Aku tak tau engkau sengaja atau tidak tapi aku ingin menuntut qishah hari ini”para sahabat terpana tidak menyangka akan ada yang berani seperti itu.Umar berdiri dan siap membereskan orang itu,akan tetapi Rasullulah melarangnya.Rasullulah meminta bilal untuk mengambil tongkat kerumah beliau.Siti Aisyah pun tercengang tidak percaya.Rasullulah pun memberikan tongkat tersebut kepada sahabat tersebut seraya menyingkapkan bajunya,sehingga terlihatlah perut beliau seraya berkata ‘;lakukanlah’!.
Pelajaran yang harus kita ambil dari kisah ini adalah bahwa menyakiti orang lain baik hati maupun badannya merupakan perbuatan yang tercela.Allah tidak akan memaafkan sebelum orang yang kita sakiti memaafkan kita,karena itulah Rasullulah sangat berhati-hati dan khawatir sekiranya ada orang yang pernah beliau sakiti dan belum meminta maaf kepadanya.
BAGAIMANA DENGAN KITA?!
Lebih dari semua itu yang patut menjadi bahan introfeksi bagi kita adalah,kisah perbincangan Rasullulah dan Utbah bin Rabi’ah salah seorang pembesar Quraiys.Dalam satu kesempatan Rasululah didatangi pembesar kaum Quraiys Utbah bin Rabi’ah Ia berkata kepada Rasullulah “Wahai kemenakanku bengkau datang membawa Agama baru,apa yang sebenarnya engkau kehendaki? jika engkau mengkehendaki harta akan kami kumpulkan kekayaan kami,bila engkau mengkehendaki kemuliaan,maka akan kami muliakan engkau,jika engkau adasesuatu penyakit akan kami carikan obatnya dan jika engkau mendambakan kekuasaan biar kami jadikan engkau penguasa kami” Rasullulah mendengar dengan sabar uraian tokoh musrik ini,tidak sekalipun beliau membantah atau memotong pembicaraan ketika Utbah selesai bicara,Rasulullah pun bertanya “sudah selesaikah engkau wahai Abu Walid?’ sudah “jawab Utbah’. Rasullulah segera menjawab uraian Utbah dengan membaca surat Al Fushilat dan ketika sampai pada ayat sajdah, Rasulullah pun bersujud. Kita tentu tidak heran bagaimana Rasullulah dapat dengan sabar mendengarkan perkataan Utbah sebab kita telah mengetahui bagaimana akhlak Nabi dalam menghormati pendapat orang lain.

Selasa, 14 Februari 2012

KEBENARAN DALAM DO’A
Oleh : Al Azriyah

Kenikmatan duniawi, tidak sedikit membuat orang menjadi enggan, takut mati untuk meninggalkan apa-apa yang telah menjadi miliknya di dunia. Siang malam hidup dicekam kengerian, dan was-was terhadap harta yang harus ditinggalkan, tidak rela kenikmatan dunia yang menjadi miliknya harus dinikmati orang lain. Orang seperti ini menyadari saat kematian datang menjemput, ia tidak akan membawa apa-apa secuilpun dari kekayaannyaa yang berlimpah, kecuali membawa kain kafan ke dalam kubur., Maka do’a-do’anya senantiasa meluncur dari bibirnya agar dipanjangkan umur, supaya dap[at menikmati segala yang ia miliki, dengan ingin seribu tahun lagi. Orang itu tidak membayangkan, kehidupan yang amat panjang di dunia ini, adalah merupakan rasa sakit yang teramat perih, ketika telah menderita kelumpuhan, bersama badan yang sangat renta, menyaksikan semua anak-anak dan keturunannya telah mati, dan ia tinggal sendirian tidak berdaya, Sebagaimana cerita sufi tentang Raja Sulaiman dan air keabadian, yang telah diminum seorang tua sehingga ia mengalami penderitaan karena tidak bisa meninggalkan dunia fana ini, dan dalam do’anya siang-malam meminta kematian segera menjemputnya. Sulaiman As., Memiliki kakaktua yang amat ia senangi, dan suatu saat burung itu terlihat sangat bersedih, sesudah di ajak bicara tentang burung itu sedang merindukan kampung halamannya. Untuk mengobati rasa rindunya Sulaiman As. Memberi waktu agar ia dapat kembali ke kampung halamannya. Burung itupun pulang ke tengah keluarga dan teman-temannya dengan gembira, sampai pada waktu yang ditentukan dia sudah kembali berada di istana Raja Sulaiman. Keluarga burung yang bergembira itu membekalinya dengan sebuah botol kecil berisi air kehidupan abadi, untuk dihadiahkan kepada Sulaiman As. Mereka berfikir, Kenikmatan duniawi, tidak sedikit membuat orang menjadi enggan, takut mati untuk meninggalkan apa-apa yang telah menjadi miliknya di dunia. Siang malam hidup dicekam kengerian, dan was-was terhadap harta yang harus ditinggalkan, tidak rela kenikmatan dunia yang menjadi miliknya harus dinikmati orang lain. Orang seperti ini menyadari saat kematian datang menjemput, ia tidak akan membawa apa-apa secuilpun dari kekayaannyaa yang berlimpah, kecuali membawa kain kafan ke dalam kubur., Maka do’a-do’anya senantiasa meluncur dari bibirnya agar dipanjangkan umur, supaya dap[at menikmati segala yang ia miliki, dengan ingin seribu tahun lagi. Orang itu tidak membayangkan, kehidupan yang amat panjang di dunia ini, adalah merupakan rasa sakit yang teramat perih, ketika telah menderita kelumpuhan, bersama badan yang sangat renta, menyaksikan semua anak-anak dan keturunannya telah mati, dan ia tinggal sendirian tidak berdaya, Sebagaimana cerita sufi tentang Raja Sulaiman dan air keabadian, yang telah diminum seorang tua sehingga ia mengalami penderitaan karena tidak bisa meninggalkan dunia fana ini, dan dalam do’anya siang-malam meminta kematian segera menjemputnya. Sulaiman As., Memiliki kakaktua yang amat ia senangi, dan suatu saat burung itu terlihat sangat bersedih, sesudah di ajak bicara tentang burung itu sedang merindukan kampung halamannya. Untuk mengobati rasa rindunya Sulaiman As. Memberi waktu agar ia dapat kembali ke kampung halamannya. Burung itupun pulang ke tengah keluarga dan teman-temannya dengan gembira, sampai pada waktu yang ditentukan dia sudah kembali berada di istana Raja Sulaiman. Keluarga burung yang bergembira itu membekalinya dengan sebuah botol kecil berisi air kehidupan abadi, untuk dihadiahkan kepada Sulaiman As. Mereka berfikir, inilah satu-satunya hadiah yang layak bagi seorang raja seperti Sulaiman As. Setelah menerima hadiah itu Raja Sulaiman merundingkan dengan penasihat, apakah ia harus meminum air keabadian itu ?.  Dalam sebuah majelis yang dihadiri dari golongan manusia, binatang, dan jin lalu memutuskan “Setuju, kami ingin engkau menjadi penguasa kami selama-lamanya.”. Namun ketika semua hadirin setuju Sulaiman As. Meminumnya, seekor burung hantu berkata nyaring : “Sebelum engkau meminum air abadi itu, kunjungilah sebuah gua yang kutunjukkan, dan lihatlah siapa yang berada disana”. Pergilah Sulaiman As. Ke sana bersama burung hantu, dan menemukan seorang lelaki tu tenga berdo’a, agar segera diberikan kematian kepadanya. Burung hantu itu menjelaskan: “Lelaki itu telah meminum air keabadian, dan karenanya ia tidak akan bisa mati. Bersiaplah untuk pergi saat waktunya telah datang, agar tidak hidup dalam penderitaan yang panjang”. Maknanya, ketika pada mulanya datang keinginan untuk hidup selama-lamanya bersama kenikmatan dunia, akhirnya menderita dan berdo’a siang malam agar kematian menjemputnya, Intinya adalah do’a yang benar, yang sangat bergantung dengan hati nurani seseorang dan senantiasa memiliki adab-adab tertentu di hadapan Allah Swt. Sebagaimana Nabi Isa As. Pernah berkata: “Janganlah kamu berkata bahwa ilmu itu berada di langit, sehingga yang naik kelangit akan mendapatkan ilmu itu, dan janganlah kamu berpikir ilmu itu ada di perut bumi, sehingga siapa saja yang masuk ke perut bumi mendapatkan ilmu itu. Sesungguhnya ilmu itu tersembunyi di dalam hati nuranimu.
Beradablah di hadapan Allah, dengan adab kaum ruhaniyyin. Berakhlaklah di hadapan Allah dengan akhlak kaum Shadiqqin. Kelak ilmu itu akan memancar dari hatimu. Allah akan memberikan ilmu itu kepadamu dan memenuhi hatimu dengannya”. Nabi Muhammad Saw. Pernah melihat seorang pemuda gembala sedang melepaskan bajunya. Begitu  ia melihat Rasulullah datang ia segera mengenakannya kembali, beliau berkata: “Teruskan saja perbuatanmu, kamu ahlulbait, kami tidak akan mempekerjakan orang yang tidak beradab dihadapan Allah, dan tidak malu atas kesendiriannya di hadapan Allah Swt.” Gembala itu hanya merasa malu bila ia berada di hadapan manusia, di hadapan Allah ia tidak malu. Demikianlah dengan do’a yang memiliki tingkatan, dan senantiasa beradab, tidak bernada perintah dalam memenuhi keinginan pribadi semata. Ingatlah ketika Rabiah Al-Adawiyah, seorang sufi besar berdo’a dengan do’a yang amat terkenal, yaitu do’a yang telah sampai pada tingkatan cinta-Nya. Rabiah bertutur dalam do’a-Nya: “Tuhanku, kalau aku mengabdi pada-Mu karena takut akan api neraka, masukanlah aku kedalam api neraka itu dan besarkanlah tubuhku didalamnya, sehingga tidak ada tempat lagi di neraka bagi orang lain. Namun kalau aku menyembah-Mu karena menginginkan surga-Mu, berikan surga itu kepada hamba-hamba-Mu yang lain, bagiku, Engkau sudah cukup...”Maha Benar Allah dengan firman-Nya: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang angkuh beribadah kepada-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina.”  QS. Al-Araf {7}:29) . Yang dimaksud dengan “beribadahlah” dalam ayat tersebut adalah ber do’a yang menurut Rasulullah Saw. Ialah merupakan saripati ibadah,  mukh al- ibadah.  Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi. Wujud tuhan yang absolut (mutlak) dan dirasakan oleh jiwa manusia, serta keyakinan akan adanya hukum-hukum  alam yang ditetapkan-Nya tidaklah boleh mengantar manusia untuk mengabaikan do’a. Orang yang berdo’a hendaklah yakin bahwa Allah Swt. Dekat dan memperkenankan permohonan hamba-hambanya yang tulus, yaitu memperkenankan panggilan Allah Swt dengan melaksa nakan ajaran agama. Rasulullah Saw bersabda:”Berdo’alah kepada Allah disertai dengan keyakinan bahwa Allah akan memperkenankan (do’amu).”Nilai seorang hamba adalah ruh dan hatinya yang senantiasa mendekatkan diri kepada-nya.  “Ingatlah ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabb-mu lalu diperkenankan-Nya bagimu. (QS. Al-Anfal {8}: 9).  DD

MENTAATI  SUAMI ATAU ORANG TUA
Tanya : Manakah yang harus dikuti perkataannya oleh seorang istri, antara suami atau orang tuanya  ?
Jawab : Asy-Syaikh Al-Allamah Al-Muhaddits Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimullah menjawab : “Ia turuti perintah suaminya.” Dalilnya adalah seorang wanita ketika masih di bawah perwalian kedua orangtuanya (belum menikah) maka ia wajib mentaati keduanya. Namun tatkala ia menikah, yang berarti perwaliannya berpindah dari kedua orangtuanya kepada sang suami, berpindah pula hak tersebut. Yaitu hak ketaatan dari orang tua ke suami.
Dalam hal ini ada sabda Rasulullah Saw. Dalam sebuah hadits: “Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktunya, ia mentaati suaminya dan menjaga kemaluannya, niscaya ia akan masuk ke dalam sorga Rabbnya dari pintu mana saja yang ia inginkan.” Wallahu ‘alam. Bish-shawab.|

KEJUJURAN
Tanya : Saya sering bertemu orang Islam yang tidak jujur, tetapi saya juga sering bertemu pedagang non muslim yang jujur, Apakah penyebab utamanya ?
Jawab : Pertama, kita tidak bisa menyama-ratakan semua orang muslim. Orang muslim yang jujur banyak, yang tidak jujur banyak. Kejujuran yang anda dapatkan pada non-muslim itu boleh jadi karena dorongan keyakinan agamanya. Tapi kita juga melihat ada orang-orang yang sebenarnya tidak melaksanakan agamanya dengan baik, tetapi ia jujur. Hal ini boleh jadi disebabkan karena kejujuran itu dia akan mendapatkan keuntungan materi. Dunia bisnis dalam ilmu manajemen, orang harus mampu bersikap jujur. Karena begitu dia tidak jujur, orang tidak akan percaya dia lagi, sehingga dia kehilangan pekerjaan, kehilangan bisnis, Maka boleh jadi kita menemukan dalam administrasi, juga dalam menepati janji, itu boleh jadi disebabkan salah satu dorongan tadi. Maka boleh jadi kejujuran itu disebabkan karena merasakan kehadiran Tuhan di dalam jiwanya, dan boleh jadi juga karena ia ingin meraih keuntungan sendiri materi dibalik itu. Islam menghendaki orang jujur menepati janjinya, karena di balik itu senmua dia harus mendapatkan dua keuntungan , yaitu keuntungan materi dan ridho Allah Swt. ||

POTRAIT & IMAROTUL MASJID

Lokasi   : Jl. Dewi sartika - Pasar Kebon kembang Kota Bogor

















                 Telp/Fax   : (0251) 8320461, E-mail   : dkm.masjidagungbogor@gmail.com



Kamis, 26 Januari 2012


AGAR KESUKSESAN TAK MENIPU


Duhai Allah,
Jangan biarkan silaunya dunia menipu mata kami,
mengubur ghiroh ibadah kami,
dan menutup rapat-rapat kesempatan dalam berbuat amal.
Jadikan semua bentuk kesuksesan ini, menjadi pijakan buat akhirat nanti yaa Robb!

Siapapun  kita, selama atas nama manusia, pasti kecendrungan hatinya ingin kekayaan, wanita-wanita, anak-anak keturunan, kendaraan mewah dan harta berlimpah. Istilah sederhananya kesuksesan. Ini wajar, karena memang sudah sifat dasar manusia. Dan Al-Qur’an pun sudah menyebutkan hal yang demikian. Hanya saja, kewajaran itu akan  kebablasan  dan menjadi tidak wajar,  jika kita sudah melupakan akhirat sebagai tempat terakhir kita. Makanya lagi-lagi Al-Qur’an mengingatkan tentang hal ini, bahwa kehidupan dunia itu sesungguhnya menipu, dan akhirat adalah tempat sebaik-baiknya kita kembali.

Memang tidak salah, ketika kita menginginkan hal yang demikian (kesuksesan), bahkan sudah seharusnya orang muslim itu kaya dan mempunyai harta, agar tidak menjadi orang yang  ditindas, dihina, dan diremehkan. Bahkan dengan kekayaan itu, kita bisa berbuat banyak untuk umat. Bisa beramal lebih dari sekedar doa semata.

Sebagai uswah, kita bisa melihat Nabi kita, yang ternyata sebelum kenabiannya beliau dalah seorang pengusaha yang cukup sukses. Pedagang yang cukup disegani dan dihormati. Tidak hanya beliau, sahabat-sahabat beliau seperti Utsman bin Affan, Abdurrahman bin ‘Auf, Abu Bakar Ash-shiddiq, Umar bin Khattab, dan sebagainya, mereka adalah orang-orang kaya.

Tapi mereka tidak silau dengan dunia. Mereka tetap hidup dengan kesederhanaannya. Seperti Umar bin khattab, yang ternyata pakaian beliau tidak lebih dari tiga model. Ketika makan pun, lauk beliau tidak lebih dari dua macam lauk. Sahabat Abdurrahman bin ‘Auf misalkan. Beliau dalam satu kali majelis, selalu mensedekahkan hartanya di atas 60 Milyar!! Subhanallah.. dan yang lebih mencengangkan, yang membuat kita takjub adalah sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau mensedekahkan hartanya di jalan Allah dan Rasulnya 100 persent dari hartanya.
Lalu bagaimana dengan kita? Kita  sering lalai dengan harta yang kita miliki. Terkadang, kita lupa siapa yang memberi harta pada kita. Jangankan sedekah, uang receh saja kadang kita tidak rela diberikan untuk orang yang membutuhkan. Kita kadang sering pamer terhadap apa yang kita miliki. Kita bangga ketika ada orang yang memuji terhadap apa yang kita miliki. Na’udzubillah..

Saudaraku, Jangan sampai dunia menyilaukan mata kita. Pepatah mengatakan, letakkan dunia itu di tanganmu, dan jangan letakkan dunia di hatimu.  Karena kalau diletakkan dihati, kemudian hilang, jadilah sakit hati. Maka, jadikan duniamu untuk pijakan akhiratmu. Sebagaimana suatu ungkapan, sebagian mengatakan sebagai hadits Nabi, Addunya mazroatu lil akhiroh (dunia adalah ladang amal untuk akhirat kelak).
 Sebagai penutup tulisan ini, silahkan disimak beberapa ayat-ayat Allah, agar kita tidak tertipu dengan kesuksesan kita.

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).(QS. Ali Imran : 14)

Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS. Ali Imran: 185)

Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia Ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadiid: 20)

….Katakanlah: "Kesenangan di dunia Ini Hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa…(QS. An-Nisa: 77). Wallahu a’lam.

Tulisan ini, akan dimuat di Koran Jurnal Bogor pada hari Jum'at tanggal 27 Januari 2012.
Simak terus tulisan-tulisan saya di Jurnal Bogor setiap hari jum'at. Semoga bermanfaat. Aamiin..
Salam,
@dinsyaikhuddin


 04 / Buletin Jum’at / 01 / 2012
3 Rabiul awal 1433 H

AMANAH ALLAH
Zainal Abidin, SH


“Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan untuk menunaikan amanah-amanah kepada pemiliknya dan apabila kalian menetapkan hukum dengan adil”(QS An-Nisa(4) 58)
Amanah merupakan seuntai kata yang mudah diucapkan namun berat dilaksanakan.Terasa berat punggung ini ketika memikulnya,namun sayang sangat sedikit sekali yang merasakannya.Kalau manusia bisa bersikap dan berprilaku amanah,maka dunia ini akan aman dan damai tetapi karena manusia sering dzalim dan menyepelekan amanah,maka dunia ini sering kacau gara-gara yang bersangkutan tidak amanah.Banyak sudah yang terjatuh ia khianat atau ingkar terhadap amanahitu.Allah sebenarnya sudah mengetahui bahwa sebagaian besar orang sering ingkar terhadap amanah itu.
Allah SWT berfirman :”Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanah kepada langit,bumi dan gunung maka semuanya enggan memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikulah amanah itu oleh manusia Sesunguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh”(QS.Al-Ahzab (33):72)
Menurut Ibnu Katsir,menukil pendapat Mijahid said bin jubair, Adh-Dhahak dan hasan Al Basri ,bahwa amanah itu ketaatan, adapula yang memahaminya sebagai Agama ,kewajiban dan hudud (Ibnu Katsir.III/501).
Sesungguhnya Allah menguji dengan tiga hal :
Pertama” Tahta atau Jabatan”
Kedua” Anak dan Wanita”
Ketiga “Harta”
Sumber kerusakan di bumi ini sering berawal dari tiga persoalan ini.
Pertama, seorang pemimpin atau penguasa jika tidak amanah dengan jabatannya,maka dampaknya akan bahaya.Sistem pemerintaha taka akan berjalan pada jalur yang benar,imbasnya rakyat akan sengsara Anehnya,kini orangberebut berebut untuk meraih jabatan dan kedudukan dalam pemerintahan, dengan berbagai upaya dan cara.
Kedua, Anak dan Wanita (istri) merupakan amanah dari Allah bagi seorang pemimpin (suami).Baik buruknya sebuah mahligai rumah tangga sangat ditentukan oleh para suami sebagai nakhoda keluarga.Alla SWT berfirman .” Wahai orang-orang beriman peliharalah diri kalian dari api neraka”(QS At Tahrim(66):6). Masih menurut Ibnu Katsir maksud dari perintah Allah untuk memelihara diri  dan kelurga ialah kamu perintahkan diri kamu yang terdiri dari istri, anak, saudara, kerabat, sahaya wanita dan sahaya laki - laki untuk taat kepada Alloh SWT. Dan kamu larang dirimu beserta semua orang yang berada di bawah tanggung jawabmu untuk tidak melakukan kemaksiatan kepada Alloh SWT (Ibnu Katsir, IV/39).            Keluarga merupakan sebuah institusi penting dalam membina sebuah masyarakat dalam lingkup kecil. Karenanya, jika setiap keluarga berhasil dalam mendidik anggota keluarganya, maka keberhasilan bangsapun akan terwujud. Disana tidak hanya ada suami, tapi istri pun mempunyai peranan penting dalam mengelola kehidupan rumah tangga. Keduanya telah diberi amanah untuk mengarungi samudera kehidupan rumah tangga secara bersama-sama demi tercapainya keridhoan Ilahi.
Ketiga, Harta kerap kali menjadi satu hal yang diselewengkan. Baik itu penyelewengan berupa penyalahgunaan jabatan, maupun penyelewengan terhadap ketentuan syar’i. Penyalahgunaan jabatan terjadi ketika harta mereka lalai bahwa mereka diberi amanah untuk melayani dan mensejahterakan rakyat.  Sedangkan penyelewengan harta dari ketentuan syar’i diantaranya mengabaikan kewajiban membayar zakat dan tidak ada kepedulian terhadap saudaranya. Ia tidak menyadari bahwa bahwa harta yang diperoleh adalah amanah (titipan) Alloh SWT yang bersifat sementara. Karena itu, amanah yang diberikan harus ditunaikan sesuai dengan kehendak pemberi amanah (Alloh SWT). Zakat merupakan satu hal terpenting yang harus dilakukan dalam menunaikan amanah itu.  Dahulu para sahabat, harta tidak hanya disisihkan untuk kewajiban zakat semata. Tapi harta itu mereka infaqkan untuk memperjuangkan agama Alloh.  Ummul mu’minin; Siti khadijah, seorang niagawati yang kaya raya, hartanya dia infaqkan untuk perjuangan dakwah suaminya tercinta Rasulullah SAW. Lihat pula sahabat karib Rasulullah, Abu bakar ash-shiddiq, dalam sebuah riwayat seluruh hartanya dia infaqkan untuk jihad fii sabiilillah. Rasululloh SAW bertanya, “ Apa yang kau tinggalkan untuk anak istrimu?” Abu bakar menjawab :”Aku tinggalkan Alloh dan Rasul Nya”.                                                      
                                              Umar bin Khattab r.a Figur amanah
Umar bin khattab, khalifah kedua dalam pemerintahan Islam ini adalah pemimpin paling berkuasa pada zamannya, tetapi sangat sederhana dan bijaksana dalam kepemimpinannya. Beliau Umar bin khattab, belum akan tidur dengan lelap setiap malamnya jika belum berkeliling tanpa pengawalan untuk mencari tahu kondisi rakyat yang dipimpinnya.  Hingga sampai pada suatu malam mendengar suara tangis seorang anak karena kelaparan meminta makanan pada ibunya. Sang ibu mengatakan makanan makanan yang direbusnya belum matang. Ketika Umar bertanya pada si ibu mengapa anaknya dibiarkan menangis, sang ibu menjawab tidak ada makanan yang dapat disuguhkan buat anaknya. Dan yang direbus di perapian rupanya hanyalah batu agar anak itu yakin masih ada harapan akan makan, jika telah matang karena sudah tiga hari menahan lapar.  Mengetahui keadaan seperti itu Umar pulang dan mengambil gandum dari gudang, memikulnya sendiri dan menyerahkan langsung kepada si ibu sebagai bahan makanan. Ada yang mengatakan bahkan Umar sendirilah yang memasakkannya untuk si ibu dan anak tadi.
Dikisahkan pula sepulangnya umar dari madrasah, sampailah umar disuatu desa terpencil dan bertemu dengan seorang nenek. Umar bertanya tentang bagaimanakah kepemimpinan Amirul mu’minin (sang pemimpin), nenek menjawab, “ Celakalah Umar, karena sampai dengan hari ini dia belum pernah berkunjung dan mengetahui dan memperdulikan rakyatnya”. Rupanya si nenek tidak tahu kalau sang pria di hadapannya adalah Umar (amirul mu’minin). Sampai ketika seorang sahabat lewat dan mengucapkan salam kepada amirul mu’minin, si nenek baru sadar bahwa pria di hadapannya adalah pemimpin yang dimaksudkan. Akhirnya dengan perasaan rugi dan menyesali atas ketidak mampuannya selama memimpin dengan disaksikan salah seorang sahabat tadi, Umar setelah bersepakat dengan si nenek membayar semacam tebusan atas kelalaiannya selama memimpin, tidak memperhatikan seluruh wilayah kekuasaannya dengan adil. Tentu saja dengan bertekad selanjutnya akan lebih memperhatikan setiap jengkal tanah kekuasaannya. Tidak ada yang dilupakannya dan dibiarkan begitu saja. Saudaraku, dalam dinamika kehidupan dunia, tidak sedikit manusia yang berhasil ketika dihimpit kesedihan dan kesengsaraan. Sebaliknya, tidak banyak manusia berhasil ketika diuji Alloh dengan kesenangan dan kekayaan.  Kasih sayang Allah tidak diukur dengan kekayaan, tetapi tidak lain hanya dengan keimanan dan ketaqwaan yang tulus kepada Allah SWT.   Dalam sebuah ayat disebutkan walau amal itu sebiji dzarah pun, semuanya akan diperhitungkan di Yaumil hisab (hari perhitungan amal) kelak. Hanya orang - orang beriman, beramal shaleh, saling menasehati dalam Al Haq (kebenaran) dan kesabaran yang tidak merugi di akhirat nanti. (QS. Al-Ashr (103) 1-3)  Wallahu ‘alam.

Posted : Doen/ zain el

CATATAN DARI SEORANG BAPAK SADI

Bapak Sadi adalah sosok kakek yang terdapat keteladanan pada dirinya. Dalam keadaannya yang sudah renta ia masih senantiasa memiliki ghirah (semangat) dalam beribadah. Shalat 5 waktu dikerjakannya di awal waktu ketika adzan terdengar berkumandang. Karena kerentaannya memang beliau sudah tidak kuat lagi berjalan jauh untuk mendatangi mushola tetapi beliau lakukannya di rumah, kecuali shalat jum’at beliau masih memiliki semangat untuk berangkat ke Masjid.

Karena masjid yang ada untuk melakukan sholat Jum’at ada di Desa tetangga yang jaraknya lebih kurang 1 kilo meter dari rumah Bapak Sadi. Selain shalat 5 waktu itu, beliau juga senantiasa melaksanakan shalat dhuha dan membaca Al-Qur’an di setiap pagi dan sore hari. Al-Qur’an yang beliau baca itu selalu ada di atas meja tamu, dan memang beliau biasa membacanya di ruang tamu. Dan pemandangan itu sangat jelas dari depan teras.

Dalam waktu yang sudah memasuki usia senja beliau benar-benar memanfaatkan waktunya untuk tidak melewatkan ibadah yang masih sanggup beliau lakukan. Itu beliau lakukan bukan karena usia yang sudah memasuki usia senja, tetapi memang semasa mudanya beliau juga adalah orang yang selalu mencoba untuk berbuat baik dan beramal sholeh.

Subhanallah... ada keberkahan yang diberikan Allah SWT kepada Bapak Sadi. Ketika musim kemarau datang, kemarau yang berkepanjangan, sumur-sumur warga desa menjadi kering. Tidak ada sumber air untuk keperluan sehari-hari, tetapi tidak jauh di belakang rumah Bapak Sadi tetap mengalir sumber mata air. Yang hampir semua warga Desa mengambil keperluan airnya dari sumber mata air tersebut. Untuk keperluan mandi dan juga mencuci pakaian.

Yang mengatakan ada keberkahan itu adalah Ustadz Samson Rahman, penterjemah buku Best Seller La Tahzan. Ustadz Samson Rahman adalah suami dari salah satu cucu Bapak Sadi.

Mari mencoba untuk intropeksi diri, berkaca pada seorang Bapak Sadi, seorang kakek yang hampir satu abad hidup di dunia ini, yang tetap dalam ghirah (semangat) beribadah walaupun telah renta badan termakan usia, walaupun telah putih seluruh rambut tak bersisa hitam, walaupun telah keriput kulit tak lagi kencang, walaupun terkadang datang sakit-sakitannya seorang tua. Bagaimana dengan saya yang masih muda dalam usia, yang masih hitam seluruh rambut, yang masih kencang kulit menutupi tulang, yang masih banyak sehat daripada sakitnya. Seharusnya ghirah (semangat) beribadah yang ada pada diri ini, haruslah melebihi ghirah (semangat) seorang kakek tua, Bapak Sadi.

Teringat akan sabda Rasulullah SAW, “Sebaik-baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya” (HR. Ahmad). Semoga sisa nikmat umur yang entah sampai kapan akan diberikan-Nya, tergunakan dalam rangka untuk senantiasa berbuat baik dan beribadah kepada-Nya. Untuk menyongsong hari yang pasti, hari dimana ajal kan datang menghampiri, dan setiap manusia di dunia ini tanpa terkecuali akan merasakannya.

Tiada daya kekuatan setiap hamba dalam menjauhi maksiat, dan tiada daya kekuatan setiap hamba dalam melakukan keta’atan, kecuali atas pertolongan-Mu Ya Allah. Laa haw laa Walaa Quwwataa Illa Billahi ’Aliyil ’Adzim. Amiin...


Posted :@Abee