Kamis, 26 Januari 2012



 04 / Buletin Jum’at / 01 / 2012
3 Rabiul awal 1433 H

AMANAH ALLAH
Zainal Abidin, SH


“Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan untuk menunaikan amanah-amanah kepada pemiliknya dan apabila kalian menetapkan hukum dengan adil”(QS An-Nisa(4) 58)
Amanah merupakan seuntai kata yang mudah diucapkan namun berat dilaksanakan.Terasa berat punggung ini ketika memikulnya,namun sayang sangat sedikit sekali yang merasakannya.Kalau manusia bisa bersikap dan berprilaku amanah,maka dunia ini akan aman dan damai tetapi karena manusia sering dzalim dan menyepelekan amanah,maka dunia ini sering kacau gara-gara yang bersangkutan tidak amanah.Banyak sudah yang terjatuh ia khianat atau ingkar terhadap amanahitu.Allah sebenarnya sudah mengetahui bahwa sebagaian besar orang sering ingkar terhadap amanah itu.
Allah SWT berfirman :”Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanah kepada langit,bumi dan gunung maka semuanya enggan memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikulah amanah itu oleh manusia Sesunguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh”(QS.Al-Ahzab (33):72)
Menurut Ibnu Katsir,menukil pendapat Mijahid said bin jubair, Adh-Dhahak dan hasan Al Basri ,bahwa amanah itu ketaatan, adapula yang memahaminya sebagai Agama ,kewajiban dan hudud (Ibnu Katsir.III/501).
Sesungguhnya Allah menguji dengan tiga hal :
Pertama” Tahta atau Jabatan”
Kedua” Anak dan Wanita”
Ketiga “Harta”
Sumber kerusakan di bumi ini sering berawal dari tiga persoalan ini.
Pertama, seorang pemimpin atau penguasa jika tidak amanah dengan jabatannya,maka dampaknya akan bahaya.Sistem pemerintaha taka akan berjalan pada jalur yang benar,imbasnya rakyat akan sengsara Anehnya,kini orangberebut berebut untuk meraih jabatan dan kedudukan dalam pemerintahan, dengan berbagai upaya dan cara.
Kedua, Anak dan Wanita (istri) merupakan amanah dari Allah bagi seorang pemimpin (suami).Baik buruknya sebuah mahligai rumah tangga sangat ditentukan oleh para suami sebagai nakhoda keluarga.Alla SWT berfirman .” Wahai orang-orang beriman peliharalah diri kalian dari api neraka”(QS At Tahrim(66):6). Masih menurut Ibnu Katsir maksud dari perintah Allah untuk memelihara diri  dan kelurga ialah kamu perintahkan diri kamu yang terdiri dari istri, anak, saudara, kerabat, sahaya wanita dan sahaya laki - laki untuk taat kepada Alloh SWT. Dan kamu larang dirimu beserta semua orang yang berada di bawah tanggung jawabmu untuk tidak melakukan kemaksiatan kepada Alloh SWT (Ibnu Katsir, IV/39).            Keluarga merupakan sebuah institusi penting dalam membina sebuah masyarakat dalam lingkup kecil. Karenanya, jika setiap keluarga berhasil dalam mendidik anggota keluarganya, maka keberhasilan bangsapun akan terwujud. Disana tidak hanya ada suami, tapi istri pun mempunyai peranan penting dalam mengelola kehidupan rumah tangga. Keduanya telah diberi amanah untuk mengarungi samudera kehidupan rumah tangga secara bersama-sama demi tercapainya keridhoan Ilahi.
Ketiga, Harta kerap kali menjadi satu hal yang diselewengkan. Baik itu penyelewengan berupa penyalahgunaan jabatan, maupun penyelewengan terhadap ketentuan syar’i. Penyalahgunaan jabatan terjadi ketika harta mereka lalai bahwa mereka diberi amanah untuk melayani dan mensejahterakan rakyat.  Sedangkan penyelewengan harta dari ketentuan syar’i diantaranya mengabaikan kewajiban membayar zakat dan tidak ada kepedulian terhadap saudaranya. Ia tidak menyadari bahwa bahwa harta yang diperoleh adalah amanah (titipan) Alloh SWT yang bersifat sementara. Karena itu, amanah yang diberikan harus ditunaikan sesuai dengan kehendak pemberi amanah (Alloh SWT). Zakat merupakan satu hal terpenting yang harus dilakukan dalam menunaikan amanah itu.  Dahulu para sahabat, harta tidak hanya disisihkan untuk kewajiban zakat semata. Tapi harta itu mereka infaqkan untuk memperjuangkan agama Alloh.  Ummul mu’minin; Siti khadijah, seorang niagawati yang kaya raya, hartanya dia infaqkan untuk perjuangan dakwah suaminya tercinta Rasulullah SAW. Lihat pula sahabat karib Rasulullah, Abu bakar ash-shiddiq, dalam sebuah riwayat seluruh hartanya dia infaqkan untuk jihad fii sabiilillah. Rasululloh SAW bertanya, “ Apa yang kau tinggalkan untuk anak istrimu?” Abu bakar menjawab :”Aku tinggalkan Alloh dan Rasul Nya”.                                                      
                                              Umar bin Khattab r.a Figur amanah
Umar bin khattab, khalifah kedua dalam pemerintahan Islam ini adalah pemimpin paling berkuasa pada zamannya, tetapi sangat sederhana dan bijaksana dalam kepemimpinannya. Beliau Umar bin khattab, belum akan tidur dengan lelap setiap malamnya jika belum berkeliling tanpa pengawalan untuk mencari tahu kondisi rakyat yang dipimpinnya.  Hingga sampai pada suatu malam mendengar suara tangis seorang anak karena kelaparan meminta makanan pada ibunya. Sang ibu mengatakan makanan makanan yang direbusnya belum matang. Ketika Umar bertanya pada si ibu mengapa anaknya dibiarkan menangis, sang ibu menjawab tidak ada makanan yang dapat disuguhkan buat anaknya. Dan yang direbus di perapian rupanya hanyalah batu agar anak itu yakin masih ada harapan akan makan, jika telah matang karena sudah tiga hari menahan lapar.  Mengetahui keadaan seperti itu Umar pulang dan mengambil gandum dari gudang, memikulnya sendiri dan menyerahkan langsung kepada si ibu sebagai bahan makanan. Ada yang mengatakan bahkan Umar sendirilah yang memasakkannya untuk si ibu dan anak tadi.
Dikisahkan pula sepulangnya umar dari madrasah, sampailah umar disuatu desa terpencil dan bertemu dengan seorang nenek. Umar bertanya tentang bagaimanakah kepemimpinan Amirul mu’minin (sang pemimpin), nenek menjawab, “ Celakalah Umar, karena sampai dengan hari ini dia belum pernah berkunjung dan mengetahui dan memperdulikan rakyatnya”. Rupanya si nenek tidak tahu kalau sang pria di hadapannya adalah Umar (amirul mu’minin). Sampai ketika seorang sahabat lewat dan mengucapkan salam kepada amirul mu’minin, si nenek baru sadar bahwa pria di hadapannya adalah pemimpin yang dimaksudkan. Akhirnya dengan perasaan rugi dan menyesali atas ketidak mampuannya selama memimpin dengan disaksikan salah seorang sahabat tadi, Umar setelah bersepakat dengan si nenek membayar semacam tebusan atas kelalaiannya selama memimpin, tidak memperhatikan seluruh wilayah kekuasaannya dengan adil. Tentu saja dengan bertekad selanjutnya akan lebih memperhatikan setiap jengkal tanah kekuasaannya. Tidak ada yang dilupakannya dan dibiarkan begitu saja. Saudaraku, dalam dinamika kehidupan dunia, tidak sedikit manusia yang berhasil ketika dihimpit kesedihan dan kesengsaraan. Sebaliknya, tidak banyak manusia berhasil ketika diuji Alloh dengan kesenangan dan kekayaan.  Kasih sayang Allah tidak diukur dengan kekayaan, tetapi tidak lain hanya dengan keimanan dan ketaqwaan yang tulus kepada Allah SWT.   Dalam sebuah ayat disebutkan walau amal itu sebiji dzarah pun, semuanya akan diperhitungkan di Yaumil hisab (hari perhitungan amal) kelak. Hanya orang - orang beriman, beramal shaleh, saling menasehati dalam Al Haq (kebenaran) dan kesabaran yang tidak merugi di akhirat nanti. (QS. Al-Ashr (103) 1-3)  Wallahu ‘alam.

Posted : Doen/ zain el

Tidak ada komentar:

Posting Komentar